Sejak kecil ia memang selalu menderita penyakit yang sebagian besar tak terjelaskan dalam pengetahuan medis. Entah apa yang menyebabkan wanita ini selama hidupnya harus menderita akibat penyakit yang tak jelas penyebabnya. Bahkan, 17 tahun terakhir, ia lebih menderita dengan penyakit aneh yang tak masuk akal itu.
Yang lebih membuat siapapun merasa iba, besi yang keluar berbentuk runcing dan sangat tajam. Bayangkan saja betapa luar biasanya rasa sakit yang harus ditahan Syaidah tiap kali besi itu keluar menembus perut. Bahkan, bukan satu atau dua bajunya yang robek akibat kawat yang tumbuh keluar dari perutnya saat ia sedang tertidur pulas. Hanya rasa terkejut yang ia rasakan ketika membuka mata saat bangun tidur dan melihat bajunya telah ditembus kawat.
Pergulatannya yang panjang menempanya menjadi lebih sabar. Ditambah dukungan dari keluarga yang mampu membuat Syaidah bertahan. Penyakit aneh yang dideritanya sejak tahun 1991 saat mulai menyelesaikan pendidikan di Fisipol Unmul itu, tidak membuatnya meninggalkan segala aktivitas sosialnya. Ia sempat menjadi guru TK secara suka rela buat mengurangi penderitaannya.
Anehnya, baru sekitar 6 bulan terakhir kawat-kawat di perutnya menancap lama. Sebelumnya, kawat-kawat tersebut tak berumur lama. Hanya satu minggu, sudah terlepas dari perutnya. Hanya saja setelah jatuh, kawat lain mulai tumbuh kembali.
Seakan tak pernah ada habisnya. Darah dan nanah juga mengiringi keluarnya kawat dari perut Syaidah. Anehnya, darah yang keluar berwarna merah muda dan cepat sekali mengering hingga sulit dibersihkan.
Tapi, penderitaan ini tak seberapa dibandingkan saat-saat menjelang hari ulang tahunnya yang jatuh pada 9 Januari lalu. Jika mendekati hari tersebut, wanita kelahiran tahun 1968 ini harus menahan derita luar biasa. Bahkan keluarganya pun tak mampu berbuat apa-apa.
Lebih parah lagi, Syaidah pernah dinyatakan meninggal dunia. Hanya saja, sesaat setelah kematiannya diumumkan di masjid, Syaidah kembali bernafas dan tersadar hingga mengejutkan seluruh keluarganya.
Tak banyak sejarah hidup yang mampu ia ceritakan. Niatnya untuk melupakan masa lalu yang dipenuhi penderitaan dari beragam penyakit aneh, membuatnya hanya membeberkan sebagian kecilnya kepada Sapos. Kata Syaidah, saat duduk di kelas V SD, ia pernah menderita demam yang dilanjutkan dengan kebutaan tiba-tiba. Ia pun dibawa ke rumah sakit di Surabaya untuk diobati. Namun tim medis tak mampu menjelaskan penyakitnya. Justru penyakit yang dideritanya saat itu sembuh dengan sendirinya.
Penyakit demi penyakit bergantian menggerogotinya. Hingga sampailah awal ia menderita penyakit "perut kawat". Diawali ketika ia sedang mandi, tiba-tiba ada kawat yang muncul dari perutnya jatuh ke lantai. Seribu kebingungan berkecamuk di kepalanya.
Kawat pertama itu pun ia simpan. Keesokan harinya, kawat-kawat lain mulai tumbuh tanpa henti. Hingga ukuran tertentu, kawat di perutnya terlepas sendiri. Rata-rata berukuran 10-20 centimeter. Pernah ia dibantu kakaknya mencoba mencabut paksa kawat tersebut. Namun anehnya, kawat itu justru masuk seolah-olah bersembunyi. Namun tak lama kemudian muncul kembali. Wallahualam!
Beberapa hari lalu, Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda dr Adjie Syiirafudin menjenguk dan menawari Syaidah agar penyakitnya diteliti. Meski akhirnya Adjie mengakui, apa yang dialami Syaidah di luar kewajaran, ia tetap berniat melakukan penelitian untuk mengobati. Perhatian yang sama juga diberikan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang berjanji akan memberikan fasilitas dan tenaga ahli untuk melihat penyakitnya.
Yang lebih membuat siapapun merasa iba, besi yang keluar berbentuk runcing dan sangat tajam. Bayangkan saja betapa luar biasanya rasa sakit yang harus ditahan Syaidah tiap kali besi itu keluar menembus perut. Bahkan, bukan satu atau dua bajunya yang robek akibat kawat yang tumbuh keluar dari perutnya saat ia sedang tertidur pulas. Hanya rasa terkejut yang ia rasakan ketika membuka mata saat bangun tidur dan melihat bajunya telah ditembus kawat.
Pergulatannya yang panjang menempanya menjadi lebih sabar. Ditambah dukungan dari keluarga yang mampu membuat Syaidah bertahan. Penyakit aneh yang dideritanya sejak tahun 1991 saat mulai menyelesaikan pendidikan di Fisipol Unmul itu, tidak membuatnya meninggalkan segala aktivitas sosialnya. Ia sempat menjadi guru TK secara suka rela buat mengurangi penderitaannya.
Anehnya, baru sekitar 6 bulan terakhir kawat-kawat di perutnya menancap lama. Sebelumnya, kawat-kawat tersebut tak berumur lama. Hanya satu minggu, sudah terlepas dari perutnya. Hanya saja setelah jatuh, kawat lain mulai tumbuh kembali.
Seakan tak pernah ada habisnya. Darah dan nanah juga mengiringi keluarnya kawat dari perut Syaidah. Anehnya, darah yang keluar berwarna merah muda dan cepat sekali mengering hingga sulit dibersihkan.
Tapi, penderitaan ini tak seberapa dibandingkan saat-saat menjelang hari ulang tahunnya yang jatuh pada 9 Januari lalu. Jika mendekati hari tersebut, wanita kelahiran tahun 1968 ini harus menahan derita luar biasa. Bahkan keluarganya pun tak mampu berbuat apa-apa.
Lebih parah lagi, Syaidah pernah dinyatakan meninggal dunia. Hanya saja, sesaat setelah kematiannya diumumkan di masjid, Syaidah kembali bernafas dan tersadar hingga mengejutkan seluruh keluarganya.
Tak banyak sejarah hidup yang mampu ia ceritakan. Niatnya untuk melupakan masa lalu yang dipenuhi penderitaan dari beragam penyakit aneh, membuatnya hanya membeberkan sebagian kecilnya kepada Sapos. Kata Syaidah, saat duduk di kelas V SD, ia pernah menderita demam yang dilanjutkan dengan kebutaan tiba-tiba. Ia pun dibawa ke rumah sakit di Surabaya untuk diobati. Namun tim medis tak mampu menjelaskan penyakitnya. Justru penyakit yang dideritanya saat itu sembuh dengan sendirinya.
Penyakit demi penyakit bergantian menggerogotinya. Hingga sampailah awal ia menderita penyakit "perut kawat". Diawali ketika ia sedang mandi, tiba-tiba ada kawat yang muncul dari perutnya jatuh ke lantai. Seribu kebingungan berkecamuk di kepalanya.
Kawat pertama itu pun ia simpan. Keesokan harinya, kawat-kawat lain mulai tumbuh tanpa henti. Hingga ukuran tertentu, kawat di perutnya terlepas sendiri. Rata-rata berukuran 10-20 centimeter. Pernah ia dibantu kakaknya mencoba mencabut paksa kawat tersebut. Namun anehnya, kawat itu justru masuk seolah-olah bersembunyi. Namun tak lama kemudian muncul kembali. Wallahualam!
Beberapa hari lalu, Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda dr Adjie Syiirafudin menjenguk dan menawari Syaidah agar penyakitnya diteliti. Meski akhirnya Adjie mengakui, apa yang dialami Syaidah di luar kewajaran, ia tetap berniat melakukan penelitian untuk mengobati. Perhatian yang sama juga diberikan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang berjanji akan memberikan fasilitas dan tenaga ahli untuk melihat penyakitnya.
Selama 17 Tahun Noorsyaidah Terus Keluarkan Kawat Tembus Kulit
0 komentar:
Posting Komentar